Halaman

Sabtu, 13 November 2010

Hujan Deras, Pancoran Digenangi Air


Ilustrasi
JAKARTA - Hujan deras yang mengguyur sebagian wilayah Ibu Kota saat ini telah menimbulkan genagan air di sejumlah titik.

Berdasarkan informasi Traffic Management Center Polda Metro Jaya, Sabtu (13/11/2010)  genangan air terjadi di depan Pos Polantas Pancoran arah pasar Minggu.

Bahkan hingga pukul 14.00 WIB genangan air terlihat sudah setinggi 10-30 cm. Akibatnya arus lalu lintas di kawasan tersebut tersendat. Diperkirakan genangan air akan bertambah tinggi jika hujan belum juga reda.

Untuk itu para pengendara diimbau agar bersabar dan berhati-hati, atau mengalihkan kendaraannya ke ruas jalan lain jika ingin cepat sampai tujuan.

Rabu, 10 November 2010

pati ayam

Penemuan fosil peninggalan purbakala di pegunungan Patiayam Dukuh Kancilan, Kelurahan Karangdowo, Kecamatan Jekulo, Kudus sungguh mengagumkan. Tak hanya satu atau dua fosil hewan purba ditemukan di pegunungan ini. Ratusan hewan purba dari jaman miosen (24 juta tahun lalu) hingga jaman pleistosen (2 juta tahun lalu) meninggalkan jejaknya di sini.
Namun sayang, penemuan ini belum menggerakkan pemerintah untuk mengadakan eskavasi (penggalian) dengan serius. Banyak penemuan dilakukan oleh warga hingga kepemilikannya tak jelas. Untungnya, dengan kesadaran beberapa warga mulai menginventarisir penemuan ini.
Salah seorang warga, Rakijan Al Musthofa, merelakan dapurnya untuk dipakai sebagai museum penyimpanan hasil inventarisasi fosil. “Dapur saya dulu ukurannya 4×8, lalu saya bagi, setengahnya untuk museum,” jelasnya. Rakijan kini menyimpan 30.000 fosil binatang purba.
Rakijan merasa terpanggil untuk melakukan pelestarian karena dirinya mengetahui benar fosil yang ditemukan warga tak bisa dibiarkan tercerai berai. Fosil ini merupakan aset, baik bagi negara maupun desanya. Ia merasa khawatir jika aset yang dimiliki oleh desanya tak terurus.
Kekhawatiran ini bukannya tanpa alasan karena kisah penemuan fosil ini terbilang unik. Sebelum Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Kudus mengadakan sosialisasi mengenai benda purbakala di desanya pada tahun 2005, warga meyakini tulang yang ditemukannya merupakan tulang buto (raksasa dalam pewayangan Jawa). Mereka menganggap tulang ini memiliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
“Bahkan ada warga yang meyakini tulang rahang stegodon (gajah purba) yang ditemukannya mampu menyembuhkan sakit gigi jika di tempelkan pada bagian gigi yang sakit,” jelas Rakijan.
Akibatnya kepemilikan fosil yang dimiliki warga diturunkan pada anak cucunya. Seringkali fosil dibawa pergi melancong oleh keturunan pemiliknya sehingga rimbanya tak jelas. Beberapa diantaranya dimungkinkan telah hilang.
Walaupun sebenarnya penggalian ilmiah sebenarnya sudah mulai dilakukan di perbukitan bebatuan tuva (batuan berasal dari abu vulkanik purba yang sifatnya kering)di belakang desa semenjak tahun 1979. Penggalian ini dilakukan oleh Dr Yahdi, seorang geolog dari Institut Tekhnologi Bandung (ITB). Ia menemukan gigi geraham dan tujuh pecahan tengkorak phytecantropus erectus.
Temuan Dr Yahdi ini belum seberapa, karena pada tahun 1982, seorang warga bernama Sukarmin menemukan gading sepanjang 2,7 meter. Penemuan gading, yang diyakini merupakan gading stegodon (gajah purba yang muncul pada masa meistosen), ini langsung diboyong ke Museum Ronggowarsito, Semarang.
Namun penggalian ilmiah lanjutan baru dilakukan pada tahun 2007 dan 2008 lalu oleh Balai Arkeologi Yogyakarta. Penggalian pada dua tahun ini juga berhasil mengidentifikasi kehidupan purba di kawasan pegunungan Patiayam ini. Menurut penggalian dan penelitian ini setidaknya masih ada 27 titik habitat purba di pegunungan Patiayam.
Rakijan sendiri mengaku mulai tahun 2005 lalu mengadakan inventarisasi fosil temuan warga. Mereka mendirikan Paguyuban Pelestari Situs Patiayam setelah keluarnya Keputusan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala di awal tahun 2005 yang menyatakan Patiayam sebagai kawasan cagar budaya. “Setidaknya kami turut menjaga,” jelas Rakijan.
Proses inventarisasi yang dilakukannya sendiri tidaklah mudah karena ada beberapa warga yang tidak mau menyerahkan temuannya. Kebanyakan yang sudah dimiliki secara turun temurun. “Kalaupun ada yang mau menyerahkan kami juga harus beri imbalan, hitung-hitung uang rokok. Kalau tidak begitu pakewuh (sungkan),” jelasnya.
Usaha ini dirasanya kian berat karena Rakijan mengaku inventarisasi yang dilakukannya belum mendapat dana yang signifikan. Untuk memberi imbalan kepada warga pemilik fosil-pun paguyuban hanya mengandalkan sumbangan sukarela dari anggotanya. “Mereka kita beri ala kadarnya saja,” akunya.
Sedangkan untuk memelihara museum, ia mengaku banyak dibantu oleh mahasiswa yang sedang Kuliah Kerja Nyata (KKN). Rak dan etalase yang tersedia-pun hanya disumbang oleh pemerintah. Padahal fungsi museum ini cukup penting karena temperatur ruangan harus dijaga pada suhu 22′ hingga 25′ celcius untuk mengawetkan fosil.

pantai kuta

NAMA pantai ini mungkin pernah Anda dengar ketika berkunjung ke Bali, namun bagi yang baru mengetahui cobalah mengunjunginya ketika berlibur ke Pulau Dewata. Sesuai namanya, Pantai Dreamland, di sini Anda akan menemukan pantai impian, mulai dari hamparan pasir putihnya, hingga ombaknya besar yang cocok untuk surfing.

Pesona Pantai Dreamland tidak berhenti pada pasir putih dan ombaknya, karena terletak di balik bukit, Anda akan melihat pemandangan alam yang indah saat menyusuri bukitnya sebelum tiba di pantai.

Kawasan eksotis ini juga cukup dekat dengan obyek wisata religi di Bukit Pecatu, yaitu Pura Luhur Uluwatu yang dibangun sejak abad ke-11 Masehi.

Dengan daya tarik pantai yang tak kalah dengan Pantai Kuta, obyek wisata pantai di Desa Pecatu ini mampu menjadi salah satu ladang penghasilan bagi warganya.

Lokasi pantai Dreamland memang cukup unik. Saat mengunjunginya, Anda akan berdecak kagum begitu turun dari kendaraan dan berjalan menuju puncak tebing terjal di kawasan Desa Pecatu. Ini dikarenakan lansekap alamnya yang indah.

Sesampainya di pantai, Anda akan melihat hamparan pasir putih yang membentang dilengkapi tempat duduk dengan payung-payung pantai berikut tampilan gulungan ombak yang cukup besar dimana peselancar terlihat asyik menerjangnya. Dengan daya tarik yang dipunyanya, Pantai Dreamland juga disejajarkan dengan Pantai Kuta.

Berbeda dengan Pantai Kuta atau Sanur, kawasan Dreamland relatif lebih sepi, sehingga cukup nyaman untuk menikmati suasana alam yang ada. Di tepi pantai Anda juga dapat menyewa kursi yang dilengkapi payung pantai. Harganya sekitar Rp50.000 untuk setiap kursi (Mei 2009).

Apabila ingin berenang, ada baiknya Amnda berhat-hati karena ombak di pantai ini terkenal cukup besar sehingga dapat menyeret siapa saja ke tengah Laut. Gulungan ombak besar di Pantai Dreamland saat ini menjadi salah satu surga bagi para peselancar domestik maupun mancanegara.

Keuntungan lain dari lokasinya Pantai Dreamland yang berada di bawah tebing karang menjadikannya tempat yang pas untuk menyaksikan matahari tenggelam. Pada musim hujan, tebing-tebing terjal ini akan dipenuhi oleh rumput dan semak belukar, sehingga nampak seperti hamparan padang savana.

Bila berminat menikmati keindahannya, dari Pantai Kuta, Anda dapat menuju Desa Pecatu melalui Jimbaran, dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Sementara dari Bandara Ngurah Rai, atau darri Kota Denpasar, dibutuhkan sekitar 45 menit untuk sampai di Pantai Dreamland.

Apabila Anda tidak menggunakan kendaraan pribadi, dapat memanfaatkan jasa agen wisata atau agen perjalanan, bus pariwisata, taksi, atau mobil dan motor sewaan. Sebelum masuk Pantai Dreamland, Anda harus membeli tiket Rp5.000 per orang (Mei 2009). (wisatamelayu/*/X-12)